Mampukah Saya seperti Dia...???



Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh....


Beberapa bulan yang lalu, teman baik saya (dia tidak bekerja dan punya dua orang anak yang masih SMA dan sekolah SMP) kehilangan suaminya yang meninggal karena serangan jantung. Yang membuat saya sangat terkesan pada teman tersebut adalah ketabahan dan ketawakalannya ketika menghadapi musibah tersebut, yang mungkin bagi sebagian orang terutama wanita (yang kebetulan tidak bekerja dan bahkan anaknya masih banyak membutuhkan biaya sekolah) yang ketika menghadapi peristiwa serupa akan merasa bahwa langit serasa runtuh, bumi serasa hancur dan harapan ke depan bagaikan berjalan pada jalan yang buntu.




Akan tetapi, teman saya sama sekali tidak menampakkan kesedihan yang berlebihan..apalagi pingsan (sehingga saya berpikir "seandainya hal serupa
terjadi pada saya, apa saya mampu seperti itu?").

Ketika dia diberitahu oleh perawat dan dokter bahwa suaminya telah tiada, dia
tidak menjerit atau meraung histeris atau pingsan...tetapi dia katakan
"Innalillahi wa inna ilaihi roji'un...kepastian dari Allah telah datang dan
Allah lebih mencintainya daripada saya mencintainya".


Kemudian dia masuk ke ruangan tempat suaminya terbaring dan mencium kening
suami seraya mengatakan "mudah-mudahan Allah menempatkan abah dalam tempat yang
sebaiknya...tugas abah telah selesai, tinggal saya yang harus melanjutkannya...dan saya yakin bahwa Allah juga akan memberikan jalan yang terbaik pula dengan peristiwa ini. Selamat jalan dan beristirahatlah dengan tenang"

Dokter dan perawat yang melihat keadaan tersebut tercengang sambil mengatakan
"selama bertahun-tahun saya bertugas baru kali ini saya menemui ibu yang begitu
tabahnya menghadapi kematian suaminya. Seumumnya yang saya temui seorang wanita
akan pingsan atau menjerit histeris mendengar berita yang sama"

Tidak hanya dokter atau perawat yang begitu tertegun, sebagai temannya justru
saya yang menangis melihat keadaan seperti itu...melihat dia dengan tabahnya
mencium kening suaminya dengan tanpa airmata dan menemui serta menyambut ucapan
bela sungkawa para kerabat, kolega, tetangga dengan senyum (walau raut wajahnya
menampakkan sedih yang mendalam) bahkan mampu bercerita dengan tenang tanpa airmata. MasyaAllah....(Akankah kita mampu seperti itu?)

Ketika saya tanyakan kepadanya "Bagaimana dia mampu seperti itu?"
Jawabannya adalah "semua yang terjadi adalah suatu kepastian dari Allah, yang
semua manusia akan sampai kepada waktu tersebut. Sehingga apapun yang telah
ditentukan oleh Allah SWT, pasti Allah SWT punya rancangan pasti pula bagi saya
dan anak-anak untuk maju berderap ke depan. Saya juga yakin bahwa suami saya
meninggal dalam keadaan struktural dan selalu mengarahkan "anak panah"nya untuk
tunduk patuh dengan ajaran Allah yakni Al - Quran. Lalu apa yang harus saya risaukan? Andaikata saya...berteriak, meraung, meratapi kepergiannya, apakah
juga dia kembali? Raungan, teriakan, ratapan hanya akan membuat langkah suami
saya ke kedamaian terhalang dan membuat saya sendiri makin tenggelam ke perut
bumi....dan akal pikiran sehat saya sebagai manusia akan mati pula mengikuti
jasad suami...Yang jelas, tugas suami saya telah berakhir dan telah diminta
istirahat oleh Allah. Tinggal kita sekarang yang masih harus berjalan menapaki
jalan kita yang kita tidak tahu apakah akan berakhir dengan .....
"Khusnul khotimah" atau "Syu'ul khotimah"..."beristirahat dengan tenang" atau "terpaksa diistirahatkan"...

Saya merenungkan apa yang dia katakan...
Mampukah saya seperti dia yang dengan sangat yakin dengan kepastian dan ketentuan dari Allah....Ya, saya juga harus yakin! InsyaAllah..



Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh












~CahayaHati~

0 Comments:

Post a Comment



 

blogger templates | Make Money Online